Selasa, 28 Januari 2014

Foto Keluarga Jadul

Oleh: Sinang Bulawan

Foto Keluarga jaman dulu, yang diambil sekitar tahun 1967.
Ketika itu kami masih tinggal di Kompleks Perumahan Pertamina Plaju.

Dari 12 adik dan kakak, yang tidak ikut berfoto hanya kakak tertua.

Saat itu Ibu dan Bapak serta Nenek masih hidup

Dari 12 kakak beradik, yang sekarang tinggal hanya 10 orang saja.

Kakak tertua dan adik bungsu sudah meninggal dunia.
Kakak tertua meninggalkan 5 anak dan 10 cucu, sedang adik bungsu meninggalkan seorang anak yang sudah berumur 18 tahun.

Kami sekarang sudah berkeluarga, dan sebagian besar sudah berumur di atas 50 tahun, masing-masing sudah beranak dan bahkan ada yang sudah bercucu.

Dalam foto, saya yang jongkok di depan dan sedang menoleh ke belakang.



Setelah hampir 50 tahun, foto hitam putih tadi sekarang seperti barang keramat.

Namun, jaman sudah berubah.

Kalau dulu ibu dan bapak meninggalkan foto hitam putih, maka saya sudah ganti meninggalkan foto keluarga bewarna bagi anak-anak saya nanti.


Foto Keluarga Sinang Bulawan Tahun 2000 dan 2010
Sekarang belum. Tapi nanti 50 tahun lagi foto-foto ini juga akan menjadi barang keramat.




















  

Sabtu, 25 Januari 2014

Golden Gate Bridge

Oleh: Sinang Bulawan














Opened in 1937, the 4,200 foot suspension bridge was the longest in the world until 1959.
The bridge is designed to sway 27 feet from east to west in a high wind or earthquake.
It took four-and- a half years and $ 35 million to build in 1991. According to one estimate, it would cost $ 1.25 billion to reconstruct.

The 746-foot towers of Golden Gate Bridge were the world's tallest until 1997, when they were exceeded by a bridge in Denmark.

The clearance between the roadbed and the water is 260 feet, a distance set by the military to allow ships to pass underneath.

Untuk Ibu Ku

Oleh: Sinang Bulawan


Sinang Bulawan dan Ibu tercinta sewaktu Ulang Tahunnya ke 86

Masih ku ingat
Tanggal 15 Desember 2012 yang lalu
Kita merayakan Ulang Tahun bersama
Disaat Ulang Tahun mu yang ke 86

Kami, anak-anak dan cucu-cucu, serta cicit-cicit mu bergembira
Kita nyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun"
Engkau tiup lilin-lilin kecil dengan beberapa kali tiupan nafas mu
Engkau potong kue dengan sisa-sisa kekuatan tenaga mu
Engkau suapkan potongan kue ke mulut anak-anak, cucu-cucu, dan cicit-cicit dengan tangan gemetar mu
Umak, Kebahagian itu milik kita semua
Terlihat senyum itu di wajah dalam foto mu

Sinang Bulawan dengan Ibunda tercinta sewaktu Beliau sakit


Ternyata itu adalah hari ulang tahun mu yang terakhir
Tidak menyangka kalau kemudian Engkau sakit dan akhirnya pergi
Pergi untuk tidak kembali

Kami semua anak-anak mu
Kami dan segenap cucu-cucu mu
Kami seluruh keluarga dan cicit-cicit mu
Mengikhlaskan kepergian mu

Selamat jalan Umak, Nyai, dan Buyut
Semoga Engkau tenang dan bahagia disana


Hotel Hyundai

Oleh: Sinang Bulawan


.
Sinang Bulawan: Take the privelege as a special guest

Open any window of  Hotel Hyundai (Gyeongju) and a thousand years of history will be there before your eyes.
Hotel Hyundai, elegant, beautiful like a soaring crane's wings is the epitome of a top-class hotel culture with the exquisite combination of Shilla's rich cultural heritage and modern facilities.
Hotel Hyundai which has both resort and convention facilities is perfect for anyone who is on business trip or who wishes to experience the rich historical heritage of Gyeongju.



Reservations & Inquiries:
Gyeongju: +82-(0)54-748-2233
Seoul     : +82-(0)2-3669-4100-6
Busan    :  +82-(0)51-667-0090-1
Ulsan     :  +82-(0)52-234-1265
Daegu    :  +82-(0)53-425-6902




Rabu, 22 Januari 2014

Sejarah Pembangunan Jembatan Ampera

Oleh: Sinang Bulawan



Sinang Bulawan dan Keluarga sewaktu liburan di Jembatan Ampera



Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat


Lirik dan Lagu Dirut

Oleh: Sinang Bulawan



Sinang Bulawan dan Isteri sewaktu pulang kampung ke Lahat


DIRUT

Dirut dirut dirut jangan nanges, Bapang ka bejalan

Bejalan dek ke lame, Dirut tinggalah kudai

Dirut jangan nanges, Dirut jangan nanges

Dirut dirut dirut jangan nanges, Bapang ka bejalan

Cakag endung mude, Dirut jangan nanges

Dirut jangan nanges, Pejamkanlah mate

Oi laila lailah tuape di tebing, Siamang buket

Ndon ayon midang malam, Antan lah delapan

Ndon ayon nuju gale

Dirut dirut dirut jangan nanges, Bapang kaba lah balek

Mbatak endung tue, Endung kaba sebitu

Dirut jangan nanges, Pejamkanlah mate




A Board De L'Onyx

Oleh: Sinang Bulawan





Sinang Bulawan dan isteri di Menara Effiel 2004



"Bateaux Parisien", tulisan tersebut terpampang di kaca depan kapal Onyx, yang kami naiki. Ada beberapa kapal lagi di depan seperti Saphir dan Maxim. Tetapi rupanya kami dipersilahkan menaiki kapal Onyx ini karena yang lain sudah penuh.

 
Malam ini mulai jam setengah sembilan sampai jam sebelas kami akan menikmati makan sambil menyaksikan pemandangan kota Paris dengan kapal di sepanjang sungai Seine.

 
Suatu kesempatan yang langka. Memang, karena jumlah penumpang sangat dibatasi, pemesanan tempat juga harus dilakukan jauh hari, tidak bisa dilakukan pembayaran di tempat. Dan, biayanya cukup mahal. Ini sangat beda dengan perjalanan di sungai Seine untuk turis yang umum. Mereka kapan saja bisa naik kapal tour dengan atap terbuka, dan dengan jumlah penumpang yang tidak dibatasi. Atau, bisa saja menikmati makan malam di atas kapal di pinggir sungai Seine. Namun kapalnya tidak bergerak sama sekali. Kapal statis, atau hanya restoran di kapal.

 
Saya mengambil posisi duduk di kursi dekat gang. Satu meja disiapkan untuk sepuluh orang saling berhadapan. Saya coba menghitung, ada sekitar 15 meja berjejer rapi, di kiri dan kanan sisi kapal. Di depan ada enam meja bulat masing-masing untuk enam orang. Jadi perkiraan saya dalam satu perjalanan kapal bisa menampung tiga ratusan orang. Cukup banyak juga. Sebagian besar kelihatan mereka turis. Di sebelah depan meja kami, ada tiga meja diisi rombongan dari China. Di belakang, rombongan dari Inggris, kemudian separuh barisan di depan kelihatan dari China lagi. Di sisi barisan seberang, sebagian besar dari Jepang. Di belakang, penuh dengan turis bule, entah dari negara mana lagi.

 
Mesin kapal sudah mulai dihidupkan, saya lihat jam menunjukkan angka setengah sembilan. Sebentar lagi kapal akan meninggalkan Port de la Bourdonnais, pelabuhan khusus dekat berdirinya menara Eiffel. Walau pun sedikit ditutupi rimbunan pohon, sebagian menara itu masih kelihatan jelas dari bagian dalam kapal. Apalagi dinding dan atap kapal dibuat dari fiberglass yang tembus pandang. Sekilas, Menara Eiffel terlihat kuning keemasan, karena pengaruh cahaya kuning lampu-lampu yang menyala di sepanjang rangka-rangka bajanya. Sungguh sangat fantastik.

 
Iringan biola yang dimainkan musisi wanita di atas panggung di depan terdengar lirih. Kalau tidah salah ia memainkan lagu "Wellcome to Paris". Potongan-potongan syair yang hidup, mengantar kapal yang mulai perlahan bergerak maju. Penumpang mulai bersorak dan bertepuk tangan.

 
Pelayan sudah mulai menyajikan makan pembuka, biola di depan memainkan lagu klasik ciptaan Chopin. Merdu sekali, dan alangkah mahirnya dia meminkan liukan-liukan syair tersebut. Membawa pikiran jauh ke masa silam. Pas sekali perpaduan musik dan pemandangan yang ada. Muncul di depan gedung tua Les Invades. Rumah sakit militer yang dibangun tahun 1671 di bawah kekuasaan Louis XIV, di mana di bagian lantai di tengah-tengahnya kubah, dikubur jasad Napoleon Bonaparte. Berikutnya terlihat gedung L'Assemble Nationale, atau gedung DPRnya Negara Perancis.

 
Roti kecil-kecil menu pembuka sudah habis, minuman ringan kemudian dituang pelayan ke gelas. Menyusul satu mangkuk sup labu pun tuntas ditelan tanpa terasa. Mengapa tidak, karena musik di depan mengalunkan lagu ciptaan Mozart. Wow, cantiknya si pemain biola sama cantik dengan suara gesekan biolanya. Siapa yang tidak kenal dengan Mozart. Musisi jenius yang sudah mulai main biola di umur empat tahun, dan yang sangat menggegerkan dunia. Ia sudah mulai ikut konser di umur enam tahun. Sesuatu yang luar biasa. Tapi sayang ia meninggal selagi masih muda, 36 tahun.

 
Le musee d'Orsay, gedung museum tua muncul di hadapan kami. Dulunya merupakan stasiun kereta api kuno, tahun 1986 diubah jadi museum. Berikutnya, L'institut de France, dibangun oleh Le Vau tahun 1805 sebagai akademi tua sejak kekuasaan Napoleon I. Dan selanjutnya ini dia, muncul La Cathedrale Notre-Dame. Semua orang akan kenal bangunan ini, di buat tahun 1160-1330. Inilah sebenar-benarnya pusat kota Paris. Titik nol kota Paris. Kalau di Jakarta sama seperti Monas.

 
Pelayan sudah menghidangkan makanan utama di meja kami. Saya pesan "chicken and mushroom supreme, truffle-scented potato puree'. Daging ayam empuk sekali diisi dengan jamur kuping, dimakan bersama semangkuk kentang giling. Oi mak enaknya. Lebih enak lagi kalau dikasih sambal. Sayang di sayang, orang Perancis tidak mengenal sambal. Saya pesan sambal, eh dikasih malah bubuk merica.

 
Tapi tidak apa-apa, suara biduanita Perancis di depan panggung membuat suasana beda. Ia sementara menggantikan pemain biola yang istirahat minum. Lagu Billy Jean, Michel Jackson dinyanyikannya mulus. Bersambung dengan unjuk kebolehan si pemain biola yang muncul kembali dan berjalan ke meja-meja pengunjung. Gesekan lagu Wo Aini di depan meja orang-orang China, memberikan respon gemuruh. Lagu Sukiyaki, di depan meja turis dari Jepang. Beberapa wanita Jepang ikut berdiri dan bernyanyi. Tidak ketinggalan, oalaa mak, dia mainkan juga lagu daerah kita, di depan meja kami. Lagu "Sirih Kuning". Fasih sekali. Hebat, benar-benar hebat.

 
Sambil makan, pengeras suara mengingatkan pengunjung, di sebelah kanan kapal ada bangunan L'Hotel de Ville yang dibangun oleh sang empunya Francis I tahun 1533, sempat habis terbakar tahun 1871, namun dibangun kembali tahun 1874. Berikutnya terlihat gedung La Concierge yang dibangun tahun 1310 oleh Philippe IV the Fair. Gedung ini dijadikan penjara yang mengerikan semasa Revolusi Perancis.

 
Kembali lagu klasik dimainkan, suara jeritan biola mengingatkan masa lampau sewaktu Leonardo da Vinci melukis Monalisa dalam sinar temaram lampu minyak. Lukisan yang sampai saat ini masih misterius, mempertanyakan arti senyuman Monalisa yang sekarang terpajang di ujung musium Le Lourve. Musium terbesar dan terlengkap di dunia. Awalnya musium ini merupakan Istana dengan panjang keseluruhan 700 meter, terbentang dari Rue de Rivoli di satu sisi, sampai ujungnya di sisi sungai Seine ini. Di depan kami sekarang.

 
Makan penutup pesanan saya datang. Soft almod biscuit with violet cream and apricots. Manis sedikit asam, tapi enak. Di depan muncul kembali si penyanyi wanita mendendangkan lagu Frank Sinatra "New York, New York", karena bertepatan kapal sudah di sisi patung Liberty kecil di sungai Seine. Patung persembahan warga Amerika yang tinggal di Perancis sebagai ganti ucapan terima kasih mereka terhadap negara Perancis yang sudah membuatkan Patung Liberty di Amerika yang didirikan di pulau kecil dekat New York.

 
Sekarang kelihatan lagi, mula-mula pucuknya, kemudian badannya, dan akhirnya kakinya. Ya, menara Eiffel muncul kembali. Dalam bentuk yang sempurna. Kuning keemasan. Megah. Sangat megah. Semua orang berteriak kegirangan. Sangat anggun sekali. Menara dengan tubuh seluruhnya terbuat dari rangka baja. Pada awalnya dibuat hanya untuk sementara dalam World Fair tahun 1889. Tetapi jadi keterusan untuk dipertahankan. Dengan tinggi 320 meter. Dirancang oleh teknisi Gustave Eiffel. Menara tertinggi saat itu. Sangat tinggi sekali terlihat dari sungai Seine. Pemandangan yang tidak akan terlupakan. Apalagi saat penampakannya diiringi lagu "Sous les ponts de Paris" yang dinyanyikan di panggung. Lagu dengan arti "Di bawah jembatan Paris", yang bernada syahdu membuat semua tepukan menjadi semakin ramai.

 
Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukkan arah ke angka sebelas. Kapal L'Onyx kembali merapat di pelabuhan. Sajian malam telah selesai, semua bersiap turun. Namun, di panggung irama semakin panas, lagu "Saturday Night Fever" John Travolta muncul. Wow, ya benar saat ini Sabtu Malam. Tepat sekali. Bersamaan dengan semua penumpang turun, menara Eiffel menyala terang benderang. Lampu-lampu kilat kecil-kecil di seluruh rangkaian baja bergantian memancarkan cahaya yang menyilaukan. Oh no, seperti kembang api. Tepat jam sebelas. Tidak lama. Hanya lima menit. Sangat memukau. Indah sekali. Menutup semua perjalanan tadi dengan sangat klimaks. Luar biasa.

 
Paris, Sabtu 10 April 2004. 

Jumat, 10 Januari 2014

Bertemu Teman Lama

Oleh: Sinang Bulawan





Temanku Sanius, kita dulu sama-sama di SMA Negeri I Palembang. Kita tammat tahun 1979. Lama kita tidak bertemu. Walau satu SMA namun akhir perjalanan kita jauh berbeda. Engkau memilih Akabri dan hidup di jalur militer. Sudah sampai mana sobat? Dulu kita ketemu tahun 2006, engkau baru Kolonel. Sudahkah sekarang menjadi jenderal?




Senior-senior ku, dari Jurusan Teknik Tambang Unsri. Kalian semua sudah pensiun, dan sebentar lagi saya menyusul. Contoh dan teladan bagi saya. Selanjutnya saya berharap akhir karier saya seperti kalian semua.




Hayyyya, Johnly Tammunu. Tak ku sangka kalau dikau juga sekolah di SD Nasional dan Group ExPlaju. Padahal kita sama-sama mengejar cita-cita di PT Pusri. Baru sekarang aku tahu siapa dirimu. Salam ku untuk Pieter William Tammunu.




Rief...Arief, hahahahaha. Kenapa ikut-ikutan masuk Pertamina. Apa nggak salah milih kerjaan nih. So pastilah, kerjaan kita bakal tidak jauh-jauh dari urusan pemboran. Jangan menyesal dan jangan menangis. Jalani saja. Hahahahahaha




Nah ketemu si Ridwan deh. Gimana Pak Ustadz. Ku dengar sibuk di Kementerian Luar Negeri. Jadi Diplomat nih yeeeee




Umar, temanku. Terima kasih banyak telah banyak membantu ketika menggantikan kerjaan saat-saat aku ujian. Edi Tabrani, teman sesama susah dan sepenanggungan. Ingak mak kita barua bu karito. Inga...inga



Ainul Arifin, Sangatta tempat kita bersama-sama memulai karier di Pertamina. Sekarang engkau sudah pensiun, dan masih berkarya lagi. Selamat ya kawan.

Alam, tak ku sangka kalau teman satu ku ini berhasil dalam karier. Selamat ya atas jabatann sebagai Presiden Direktur Pertamina EP.




Ini dia, kawan lamo. Si Edwin, rajo minyak dari Chevron. Hahahahahaha. Kalu idak di Yogya, dak maen kito caknyo. Yo dak.





Piyan, tidak dinyana kita jadi besan. Ingat tidak di tahun 1976 kita jatuh dari motor berdua. Hahahahahaha. Aduuuuh Maaak kaki ku pataaaaah.


Setelah Reuni Engkau Pergi Tak Kembali

Oleh: Sinang Bulawan



       Sinang Bulawan dan teman-teman SD Nasional Plaju

Sudah 36 tahun kita berpisah
Waktu itu di tahun 2006 kita bertemu kembali

Kangen dan rindu teman lama semasa SD di Plaju
Bersuka cita kala bertemu lagi
Tersenyum, tertawa berderai 
Bahkan ada yang sampai menitikkan air mata

Indah sekali mengenang pertemuan itu
Tak seindah dengan berita mengejutkan di tahun 2011
Kala sedang di luar kota, ku dengar berita itu
Engkau telah pergi

Rupanya selama ini engkau sakit
Namun kau tabah dan tak mengeluh
Enam bulan kanker darah telah menyiksa mu

Selamat jalan sahabat ku
Selamat jalan Jarot
Semoga engkau sudah tenang disana


Pelatihan POD, WP&B, dan AFE

Oleh: Sinang Bulawan

October, 21st - 24th 2008, Padma Hotel BALI

Plan of Development (POD) is the key point in the Oil and Gas business of Indonesia Upstream Oil and Gas project. POD is a guideline for “The Contractor “ (KKKS) in running the oil and gas project. Beside as a planning program, POD also including description planning of activities, budgeting program and financial authorization. In the Indonesia PSC Term, WP & B, AFE and POD is the integrated aspect that every “Contractor” have to proposed its to BP Migas and then BP Migas will approve its. Therefore, between BP Migas and The Contractor should be have the same perception all about aspect of POD, AFE and WP&B especially about the basic principle, mechanism and procedure, system and operational guideline.



Sinang Bulawan dan Peserta Pelatihan

WHO SHOULD ATTEND?
- Finance, Accounting, Budgeting, Cost Control, Financial Analyst
- POD, AFE and WP&B Team
- Project Engineering and Economic
- Commercial Planning
- Reservoir Engineers, Petroleum Engineers, Exploration Engineers
- Development Engineers, Exploitation Engineers’ Drilling and production engineers
- Operations engineers and Facilities engineers
- Any persons who involved the POD, AFE and WP&B aspect
- Anybody who wish to knowing about the above aspect


Sinang Bulawan dan Peserta pelatihan


TRAINING OUTLINE
·Oil and Gas Business Process
·Upstream Oil and Gas Activity [Exploration Licensing, Exploration, Drilling Development, Production and Transportation, Marketing and Selling]
·Introduction to Oil and Gas Field Development Program
·Regulations of Indonesia Upstream Oil and Gas and Other Policy related to field development program
·The PSC Terms and Conditions
·Basic Principle of POD, AFE and WP&B
·General Procedure and Mechanism of POD, AFE and WP&B
·PSC Financial Budget and Reporting
·Budgeting Preparation Program
-Petroleum Accounting Principle : Successful Efforts, Full Costing and Reserve Recognition Accounting
-Type of Cost : Capital Vs Non Capital
Exploration Budget
Drilling & Development Budget
Production & Facilities Budget
General Administration and Support Activities Budget
Financial Summary
- Budget Scheduling Program
- Financial Expenditure
Basic principle
Preparation
AFE Seismic and G&G
AFE Development and Drilling Wells
AFE Production Facilities and Support
AFE Process, Reporting and Close Out
· Oil and Gas Resources and Reserves
· Project Economics, Evaluation and Risk Analysis


Sinang Bulawan dan Peserta pelatihan



TRAINING METHOD
- Lecturing and class room session
- Case Study
- Interactive Sharing Information and Experience
- Group Discussion, Question and Answer Session



Sinang Bulawan dan Peserta pelatihan


The Facilitators
SINANG BULAWAN*. Received Bachelor Degree in Mining Engineering from University of Sriwijaya and Petroleum Enggineering from University of Tulsa, USA. He has more experience in petroleum industry with various responsibility in planning engineering, production, operation and drilling etc. Currently he as Vice President of Operation BPMIGAS. Prof. DR. Ir. Widjajono Partowidagdo, MSc, MSOR. He is a professor of petroleum economic and an instructor that has high qualification both in academic and practical expertise in petroleum economics in oil and gas industries and he has conducted many project consultations of major oil and gas industry in Indonesia. He is a senior lecturer in Petroleum Engineering, Bandung Institute of Technology and Magister Management Programs, ITB. He received BS degree in Petroleum Engineering from Petroleum Department, ITB, Master degree (M.Sc.) in Petroleum Engineering and Operations Research, Master degree (MA) in Economics and Doctor (Ph.D) in engineering both from University of Southern California, USA. He also gets many short course programs in Energy Planning & Policy from University of Wincousin, USA; Energy Economic Study from AIT, Bangkok-Thailand; and Resources Accounting Course from World Resources Institute, Washington DC, USA RINTO PUDYANTORO, SE, MM. He received BS degree in Finance Accounting from Gajahmada University and master degree in International Finance. Currently he attends to Doctor degree in Resources and Environment Economics. He has more that 15 years working experience in oil and gas industry. Currently he joint to BP Migas and Accounting and Revenue Division of BP Migas.





Kamis, 09 Januari 2014

Malam Lailatul Qadar

Oleh: Sinang bulawan



   Sinang Bulawan di malam ke 27 saat sesudah Qiyamul Lail

Al-Qadr (QS: 97)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an pada malam qadar
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
5. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.


Wellcome to Belitong

Oleh: Sinang Bulawan



Liburan akhir tahun 2013 kami ke Belitung
Sudah lama keinginan kesana namun baru kesampaian
Berangkat pagi hari dari Jakarta dengan Sriwijaya Air
Tidak terasa satu jam sudah sampai di Tanjung Pandan
Namun dikarenakan pesawat sempat delay 2 jam, maka kami tiba jam lima sore.

Kakak yang menjemput langsung mengajak kami ke Tanjung Tinggi
Daerah pantai dan juga pusat rekreasi.
Wellcome to Belitong
Tulisan tersebut besar-besar dan menyambut kami yang sudah lapar
Ikan pari saus padang, udang, dan makanan seafood lainnya benar-benar enak.

Silahkan datang ke Belitong.
Jalan-jalan yuk!


Di Lokasi syuting film "Laskar Pelangi"



Di Gantong ada  sekolah Laskar Pelangi yang digunakan untuk syuting filmnya.
Juga ada Musium kata dari penulis Andea Herata.

Dari situ jangan lupa mampir di Manggar.
Itu lho letaknya di Belitung Timur, tempatnya mantan Bupati Ahok.
Jangan lupa, disitu mampir dan sempatkan nyeruput kopi di tenda-tenda pinggir jalan.
Enak Bo.


Sinang Bulawan dan Indah di Pelabuhan Tanjung Batu

Nah, bagi kita yang dari Jakarta, kemana-mana nggak usah bayar tol
Karena semua jalan disana bagus, lebar, dan sepi
Hahahahahaha
Enak sekali bawa mobil
Walau bukan tol, tetapi serasa tol

Sinang Bulawan: Habis cari remis dan kerang di Pulau Pasir

Sempatkan, dan sempatkan.
Wisata kuliner disepanjang pantai
Wisata agro ke perkebunan lada 
Liat-liat ke Pelabuhan di Tanjung batu
Kalau ada duit bisa ke Pulau Lengkus, sekalian snorkling
Tapi kalau mau gratis, cari kerang dan remis saja ke pulau pasir di tengah laut
Hahahahahaha
Asyiiiiik






Untuk Anak-Anak Gadisku

Oleh: Sinang Bulawan




Sinang Bulawan dengan anak-anak perempuan 



Anak-anak Gadisku,

Kalian sudah besar-besar sekarang.
Kadang karena kuliah, kalian jauh dari papamu.

Ada teman yang kirim pesan BlackBerry ke papa
Dan, kelihatannya sangat baik kalian baca

Bagi seorang yang sudah dewasa dan jauh dari orang tua, akan sering merasa kangen dengan mamanya.

Bagaimana dengan ayah?

Mungkin karena mama lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaanmu

Tapi, tahukah kalian jika ternyata ayahlah yang mengingatkan mama untuk menelponmu

Saat kecil, mama jugalah yang lebih sering mendongeng.

Tapi, tahukah kalian bahwa sepulang ayah bekerja dengan wajah lelah, ayah selalu menanyakan pada mama, apa yang kamu lakukan seharian.

Ketika kalian remaja, kalian menuntut untuk dapat ijin keluar malam.
Tapi ayah dengan tegas menolaknya.

Sadarkah kalian bahwa ayah hanya ingin menjagamu.
Karena bagi ayah, kalian adalah sesuatu yang sangat berharga.

Saat kamu bisa lebih dipercaya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Namun, kamu akan memaksa melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan ayah adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir

Ketika kamu dewasa dan harus kuliah di kota lain, ayah harus melepasmu.
Tahukah kalian bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu.
Dan ayah sangat ingin menangis.

Ayah sangat menyanyangi kalian, tetapi seorang ayah sulit mengungkapkan dalam perbuatan dan perkataan seperti mamamu.

Sampai ketika teman pasanganmu datang untuk meminta izin mengambilmu, ayah akan sangat hati-hati dalam memberi izin.

Dan akhirnya, saat ayah melihatmu duduk di pelaminan bersama seorang yang dianggapnya pantas, ayah pun tersenyum bangga.

Apa kamu tahu kalau ayah sempat pergi ke belakang dan menangis?
Ayah menangis, karena ayah bahagia.
Semoga Putri Kecilku yang manis berbahagia bersama pilihannya.

Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya.
Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak kuat lagi untuk menjagamu.


Sinang Bulawan dengan isteri dan anak-anak



Anak-anak Gadisku, papa kira tulisan tadi sama seperti apa yang papa rasakan
Karena kodrat seorang ayah dimanapun akan seperti itu.

Mudah-mudahan kalian mengerti akan arti seorang ayah